Karya tulis
nonilmiah
Karya nonilmiah
adalah karangan yang tidak mengikuti kriteria penyajian fakta dan tidak
mengikuti metodologi penulisan yang benar. Jika fakta yang disajikan dalam
karya tulis ilmiah merupakan fakta yang bersifat umum. Sedangkan fakta yang
disajikan dalam karya tulis nonilmiah ini adalah fakta yang disajikan berupa
fakta pribadi yang bersifat subjektif.
Dari kedua uraian
diatas tentang jenis karya tulis, perbandingan karya tulis ilmiah dan karya
tulis non ilmiah dapat dilihat sebagai berikut;
Karya Tulis Ilmiah
|
Karya Tulis Nonilmiah
|
Fakta Umum
|
Fakta Pribadi (Khusus)
|
Metodologi Penulisan Ilmiah
|
Model Penulisan Beragam
|
Kebenarannya Dapat Dibuktikan
|
Bersifat Subjektif
|
Ciri-ciri karya
non-ilmiah :
- . Ditulis berdasarkan fakta pribadi
- . Fakta yang disimpulkan subyektif
- . Gaya bahasa konotatif dan populer
- . Tidak memuat hipotesis
- . Penyajian dibarengi dengan sejarah
- Bersifat imajinatif
- . Situasi didramatisir
- . Bersifat persuasive
- Tanpa dukungan bukti.
Contoh karya tulis nonilmiah :
1. Dongeng
Adalah cerita
rekaan yang menceritakan kisah hidup
seorang anak manusia dari kecil sampai meninggal dunia, atau dari bayi sampai
dewasa. Roman adalah karya sastra lama. Contoh roman adalah : Layar Terkembang,
Siti Nurbaya.
2. Novel
Novel adalah karya
sastra yang berbentuk cerita rekaan yang mengisahkan hidup seseorang yang
diangap berkesan. Misalnya hanya
menceritakan masa remaja sampai dewasa. Semua tokoh cerita dalam novel adalah
fiktip belaka, tetapi disesuaikan dengan masa ketika cerita tersebut ditulis.
Jadi kejadiannya seolah-olah nyata terjadi pada masa tersebut. Novel adalah
termasuk karya sastra modern. Contoh Novel adalah : Gita Cinta dari SMA,
Merahnya Merah, dsb.
3. Cerpen
Cerpen singkatan
dari cerita pendek, sesuai dengan namanya cerpen biasanya terdiri dari 2 - 5
lembar kertas polio atau ukuran F4. Cerpen hanya menceritakan kejadian yang
paling berkesan yang menimpa tokoh cerita utama. Tetapi ada juga cerpen yang
panjang yang berjudul "Kunang-kunang dari Mahakan".
Tetapi cerpen
umumnya ceritanya lebih singkat dibandingkan dengan Novel.
4. Drama
Naskah drama adalah
cerita yang lengkap dengan adegan dan dialog para tokoh cerita. Dalam drama
para pelaku cerita diatur baik bagaimana berbicaranya dan bagaimana adegannya,
serta mimik mukanya. Drama biasanya diawali dengan prolog. Selain dialog antara
para pelaku ada juga monolog tokoh cerita. Monolog adalah tokoh cerita
berbicara dengan dirinya sendiri. Naskah drama adalah untuk dipentaskan dalam
seni pertujukkan drama dalam gedung maupun dalam panggung. Contoh Naskah drama
adalah "Malin Kundang", "Bawang Merah dan Bawang Putih",
dsb.
CONTOH CERPEN
Dia Yang Pernah
Singgah
Kedua kaki ini
telah sampai di depan sebuah naungan tempatku mendalami ilmu. Tempat yang
setidaknya menyuguhkanku sebuah aroma manisnya menapaki awal masa remaja.
Tentang kesenangan, tertawa karena kekonyolan dan terkadang tingkah laku aneh
khas murid SMP. Ya, namaku Aisyah Nurida, sebut saja Rida.
Dengan derap
langkah yang berirama ku mulai masuk ke dalam kelas. Tepatnya di kelas 7-B
bersama sahabatku yang bernama Santi. Aku dan Santi mulai bersahabat semenjak
masa orientasi dimulai 3 bulan lalu atau terhitung masih tak terlalu lama.
“Rida!”. Terdengar
seseorang memanggilku dari luar kelas.
“hah? siapa tuh
manggil Rid?”. Tanya Santi.
“hah? aku juga
nggak tau San, coba deh aku lihat, kamu tunggu sini aja ya?”.
“oh gitu, ya udah
deh”.
Maka dengan segenap
rasa penasaran aku mulai menuju ke arah munculnya suara tadi. Hatiku
bertanya-tanya, siapakah gerangan yang memanggil nama ini.
“Rini? ada apa
ya?”. Heran aku padanya. Ternyata Rini yang memanggilku.
“sorry ganggu, aku
mau pinjem buku biologi, bisa?”.
“buat kapan?”.
“sekarang, please
ya?”.
“tapi kan…”.
“permisi”.
Tiba-tiba seorang cowok melintas di tengah pembicaraanku dengan Rini.
Sekejap aku mati
kata. Atmosfer seperti tak bersahabat. Rini hanya memperhatikanku dengan heran
karena aku dengan polosnya menatap wajah yang baru saja lewat melintasi kami.
Ya, dia adalah cowok yang sejauh ini berhasil mencuri perhatianku semenjak aku
masuk masa sekolah tingkat SMP di sekolah ini. Dan hebatnya lagi, aku dan dia
berada satu kelas. Namanya Dika.
“Rida? kok diem?”.
Sahut Rini.
“oh iya sorry,
kenapa Rin?”.
“gimana, boleh
pinjem kan?”.
“oh iya deh, bawa
aja”.
“makasih ya kalau
gitu, eh ngomong-ngomong kenapa tadi kok ngeliat Dika sampai bengong gitu?”.
“hmm, nggak apa-apa
kok, emang kenapa?”.
“ya nggak papa sih,
cuman aneh aja, masa’ sampai segitunya? jangan-jangan suka ya?”.
“ih, apaan? udah ah
udah”.
“hehehe…”. Rini
menertawakanku yang mulai salah tingkah.
Aku tak mengerti
mengapa raga ini menjadi kaku ketika ia berada di hadapanku. Sekuatku mencoba
tetap tenang dan apa adanya, namun selalu gagal. Apakah aku suka padanya, pada
Dika? tak terlalu cepatkah bagiku untuk merasakan itu? Keadaan ini membuatku
rancu.
*Sepulang sekolah
Terik mentari tak
tanggung-tanggung. Sekujur sekolah ini tersinari dengan sempurna. Semua siswa
telah keluar dari kelas masing-masing untuk pulang, termasuk aku. Namun,
tiba-tiba sebuah telapak tangan mendarat di pundakku.
“hey Rid!”. Sapa
Santi.
“hmm, kenapa?”.
“denger-denger lagi
suka sama seseorang ya? hehe”.
“hah? siapa?”. Aku
heran.
“Dika”. Jawab Santi
dengan frontalnya.
“hah?”.
“udah ngaku aja,
buat apa disimpen sendiri?”.
“hmm, gimana ya?
tau ah”.
“ayolah cerita Rid”.
“ya udah deh, ntar
aku cerita, tapi jangan di sini, aku ngantuk mau pulang aja, daaa hehe”. Aku
berlari meninggalkan Santi.
“eh Rid,
tungguin!”.
Maka semenjak saat
itu aku mencoba berbagi rasaku dengan sahabatku sendiri. Aku mulai bercerita
mengenai apa yang ada selama ini. Santi benar-benar mendengarkanku layaknya
remaja yang sok sibuk dengan cinta. Inilah awal masa remaja.
*Setahun Kemudian
Setahun berselang.
Lama semakin lama. Aku benar-benar semakin memikirkannya. Takkah ini terlalu
berlebihan? yang jelas aku hanya berusaha untuk tak gegabah mengatakan yang ada
kepada Dika. Aku khawatir keadaan akan rumit jikalau aku benar-benar
menyukainya. Kini aku kembali berada satu kelas dengan Dika di kelas 8-B.
Sampai akhirnya
terjadi sesuatu yang cukup mendebarkan. Tak ada angin juga hujan, Dika dengan
ringannya menyapaku.
“hey”.
“eeh, iya?”. Aku
kaku.
“hmm, ngapain?”.
“ini lagi ngerjain
soal, emang kenapa?”.
“oh, nggak papa
kok”.
“terus kamu mau
ngapain?”.
“ee anu, aku boleh
minta nomormu?”.
“emang buat apa?”.
“ya nggak papa,
emang nggak boleh?”.
“hmm, boleh kok
boleh”.
Ternyata Dika
meminta nomorku. Betapa berbunga-bunganya semenanjung hati ini. Dan semenjak
kami saling bertukar nomor ponsel, aku mulai dekat dengan Dika dan aku tak lagi
canggung ketika harus berhadapan dengannya. Ini pertanda baik.
Sampai suatu hari…
“Rid, ada yang mau
aku omongin”. Jelas Dika.
“emang ada apa
Dik?”.
“tapi kamu jangan
marah ya?”.
“ngapain marah?
kenapa sih?”.
“aku suka kamu
Rid”. Jawab Dika dengan jelasnya.
Aku benar-benar
merasakan sesuatu yang tak akan pernah aku duga. Bagaimana bisa rasaku
dengannya bisa sama seperti ini. Tuhan, betapa bahagia aku sebenarnya, namun
aku tak cukup mengerti tentang arti cinta sesungguhnya. Aku tak ingin terjebak
pada cinta yang dangkal. Aku hanyalah hawa yang cukup bisa merasakannya. Di
satu sisi aku juga tak ingin menyia-nyiakan momen yang sangat jarang terjadi
ini.
“kamu beneran
Dik?”.
“iya Rid, kamu mau
kan kita jadian?”. Pinta Dika padaku.
Hingga beberapa
detik aku larut pada ketidak karuan. Sekali lagi aku takut terjebak pada cinta
yang dangkal. Maka dengan segenap asa yang ada, aku berani menjawabnya.
“Dik?”.
“iya Rid?”.
“aku mau”.
Ya, alhasil kini
aku dan dia telah memperjelas suatu hubungan. Antara aku dengannya telah
menjadi ‘kami’. Kami saling memiliki.
Hari-hari kami
berjalan. Dia tersenyum maka aku pula tersenyum. Ternyata indah. Kami bagaikan
dua insan yang tak dibebani apapun. Yang ada hanyalah suka, canda dan tertawa
bersama.
“makasih Rid”. Dia
tersenyum.
“iya, kembali kasih
Dik”. Aku membalasnya.
*Sebulan kemudian
Hubungan ini sampai
pada bulan pertama. Tak terasa memang. Mungkin karena terlalu indah sehingga
hari berganti tak dihiraukan. Namun sampai pada saatnya, aku merasakan sebuah
keganjilan dan akhirnya berujung pada sebuah keputusan.
Seminggu seusainya,
Dika menghampiriku. Ia datang dengan raut wajah yang tak seperti biasanya. Ada
apa dengan cinta?.
“Dika? ada apa?”.
“bisa kita ngobrol
sebentar?”. Pintanya padaku.
“kenapa? ada yang
penting ya?”.
“iya”.
Dika mengajakku ke
sebuah tempat di dekat musholla sekolah. Ia menatapku cukup serius. Aku merasa
aneh dan hanya bisa menunggu apa maunya. Aku masih tak tau apa yang selanjutnya
terjadi sebelum akhirnya ia mulai berkata-kata.
“Rid maaf, semenjak
kita jadian ada yang berubah di keseharianmu, mungkin juga aku”.
“hah? maksud kamu
apa Dik?”.
“aku mau kita
putus”.
“kok putus Dik?”.
Aku terkejut.
Dengan tidak
jelasnya Dika mengakhiri hubungan kami. Ia memberi alasan yang sulit untuk ku
cerna.
“intinya ada
perubahan, aku nggak mau ada perubahan di hidup kita masing-masing, ini demi
kita”.
“aku nggak ngerti”.
“terserah, tapi
kita selesai”.
Dika membuatku
bingung. Perubahan apa yang ia maksud? Dengan segala kejujuran hati, aku merasa
sedih mendengar itu semua. Cinta yang awalnya tak terduga kini telah mengambil
sebuah keputusan yang sulit untuk aku terima, namun inilah jadinya.
“ya udah kalau itu
mau kamu, yang jelas aku masih nggak ngerti apa maksud kamu, makasih Dik udah
mau kenal sama aku, setelah ini kita balik lagi jadi teman biasa, aku harap
nggak ada permusuhan setelah ini”.
“iya Rid, pasti”.
Dari percakapan
singkat itulah keadaan berubah. Kini Dika menjadi temanku, bukan pasanganku
lagi. Hal yang dulunya aku takutkan memang benar terjadi, yakni cinta yang dangkal.
Apapun yang terjadi
tak akan ada yang bersalah antara aku dengan Dika. Ini yang terbaik menurutnya.
Justru ucapan terima kasih ku sampaikan padanya karena telah memperkenalkanku
dengan cinta. Dia lah yang sudah membuatku mengerti bagaimana indahnya dicintai
dan mencintai meskipun pada akhirnya tak bersama lagi.
Ini cinta, menjadi
cinta, dan selamanya pada cinta.
Maka dari hati yang
pernah terjaga, untuk dia yang pernah singgah
“Dika”.
Cerpen Karangan:
Avando Nesto
Facebook: ELchevo
Avando
Nama Asli: Arivando
Yoga Papangdika Obesonya
Nama Pena: Avando
Nesto
FB & Twitter:
ELchevo Avando, @EL_Avando39
Hobi: musik, seni,
sepakbola, nulis
Ini merupakan
cerita pendek karangan Avando
http://cerpenmu.com/